728x90 AdSpace

Latest News

Wednesday, January 9, 2013

Pengobatan Alternatif menjadi Salah Satu Pilihan

Sudah hampir 1 tahun kami belum dikaruniai kembali anak kedua sejak meninggalnya anak kami yang pertama, Elysia. Sudah berkali-kali kami ke dokter, dan dokter menyatakan kami berdua sehat walafiat, dan tidak ada satupun kelainan secara biologis. Karena aku sudah pernah melahirkan. Akhirnya 2 bulan terakhir karena keuangan kami megap-megapan, akhirnya kami memutuskan untuk tidak lagi berobat ke dokter dan kami ingin mencoba program kalender sendiri saja. 

Awal-awal selepas kepergian Elysia, kami selalu menangis saat melihat orangtua yang membawa anaknya jalan-jalan ke mall. Yang sedang menyusui anaknya. Ataupun aku` merasa marah saat melihat ada orangtua yang memarahi anaknya. Aku Cuma bisa berdoa dalam hati, “Ya Tuhan, izinkan kami untuk menikmati nikmatMu, yaitu hadirnya seorang anak di tengah keluarga kami. Aku ingin sekali merasakan bagaimana menyusui, menggendong, mengganti popok, mendengar tangisan, ataupun mengajak jalan-jalan. Jika memang sekarang belum saat yang tepat menurutMu, berikan kami kesabaran, agar kami bisa terus berpikiran positif, bahwa inilah yang terbaik untuk kami”

Akhirnya, Januari 2013 kami memutuskan untuk mencoba pengobatan alternative. Kami sempat mendatangi pengobatan alternative atas rekomendasi temanku (Mba Galuh). Kami pergi ke Bu Sulis namanya, lokasinya di daerah Mampang. Tidak jauh dari Seven Eleven. Waktu kami kesana, kami menunggu antrian sekitar 2 jam lamanya. Agak ngantuk-ngantuk juga sih, plus agak Bete, tapi yah aku ingin tahu apakah secara biologis menurut pandangan Bu Sulis ada masalah atau tidak. Yah, secara medis kami memang tidak ada masalah apa-apa. Karena aku pernah sempat melahirkan. Ohya, mba Galuh temanku itu pernah bilang, bahwa kalau bisa kita jangan ada pikiran-pikiran negatif tentang Bu Sulis ini. Karena beliau bisa baca pikiran kita. Hihi… agak menyeramkan yah.So, aku dan suami berusaha lurus-lurus aja tuh , gak ada pikiran negative apa-apa. Yang ada aku dan suami cuma berpikir, mudah-mudahaaan aja kita gak ada masalah apa-apa ya? 

Saat memasuki tempat pengobatan Bu Sulis, jujur saja aku membayangkan yang aneh-aneh. Tempatnya spooky, terus aku ditanyain macem-macem, terus ibunya galak, dsb. Hehe.. ternyata apa? Itu seperti tempat rumah biasa aja. ada ruang tamunya, ada penerima tamu duduk dekat pintu. Sebelum kami masuk kami disuruh untuk mengisi form registrasi untuk database mereka. Keren ya J Disini ada 2 macam; untuk pengobatan biayanya Rp. 100.000, sedangkan untuk konsultasi biayanya Rp. 150.000. Loh kok lebih mahal? Ya jelas, kan kalau konsultasi masuk satu persatu ke dalam ruangan, ditanya masalahnya apa, dan sebagainya. Kalau pengobatan, masuknya rame-rame dan seperti pengobatan missal gitu loh J

Kami sempat mengobrol dengan pasien lainnya. Yaitu 2 orang ibu-ibu yang juga kebetulan pasien dari Bu Sulis. Singkat cerita, ibu-ibu itu menanyakan kepada kami, berapa lama kami menikah, dan tujuan kesini untuk apa. Ya sudah kami ceritakan saja apa adanya. Satu perkataan kalimat ibu tersebut yang tidak akan pernah aku lupa yaitu, jika kamu ingin mendapatkan momongan, cuci kakilah ibumu dulu. Dan bersujudlah di kakinya (bisa mertua atau ibumu) untuk meminta maaf, serta dibukakan pintu rejekimu. Insyallah rejeki kamu akan terbuka. Karena hal ini sudah terjadi dengan anak-anak aku. Aku sempat kaget ya, aku gak kenal ibu-ibu itu, terus berani-beraninya dia menyuruhku demikian (pikirku dalam hati). Tapi, aku kembali berpikiran positif, lho ini kan untuk kebaikan aku dan suamiku, ya tidak ada salahnya dilakukan toh?

Menunggu hampir 3 jam lamanya jadi tidak terasa. Akhirnya kamipun dipanggil untuk masuk ke dalam ruangan Bu Sulis. Bayanganku seperti apaaa gitu. Ah ternyata seperti ruangan tamu biasa saja kok. Lalu disana kami ditanya masalahnya apa, sudah berapa lama kami menikah, dan sebagainya. Kami ceritakan apa adanya secara garis besar. Baru kami sampai setengah cerita, Bu Sulis sudah mengangguk-angguk paham, artinya beliau tahu kronologis kami, dan beliau bisa membaca pikiran kami. 

Saat di dalam ruangan ini, aku sempat tegang, takut kalau sampai aku berpikiran macam-macam, bisa gawat aku! Yah, justru karena aku berpikiran was-was, aku jadi ditegur sama Bu Sulis, “Ibu Caroline tenang aja, aku gak bakal ngapa-ngapain kok. Aku Cuma akan membacakan kehidupan Ibu aja. rileks aja ya J” Hahaa… tuhkan, kennaa deh J

Sesaat kemudian, masuklah seorang bapak-bapak paruh baya ke dalam ruangan kami itu. Bu Sulis memperkenalkan bahwa bapak tersebut adalah suaminya. Oia! Aku ingat! Mba Galuh temanku itu pernah bercerita, bahwa seluruh keluarganya juga bisa mengobati, termasuk suaminya. 

Kami hening sesaat, kami biarkan Bu Sulis dan suaminya bekerja. Sekitar 10 menit lamanya. Aku agak bingung dengan sikap Bu Sulis, dengan mata tertutup, mereka menggerak-gerakan tangannya seakan-akan mereka berdialog dengan Tuhan. Aku tegang. Suamiku menggengam tanganku untuk memberikan rasa nyaman saat itu.

Setelah selesai, Bu Sulis bercerita. “Tadi aku sempat berdialog dengan Tuhan. Aku lihat bahwa Ibu Caroline dan Bapak Eko secara biologis tidak ada masalah sama sekali. Secara fisik juga tidak ada masalah sama sekali. Hanya saja soal pintu rejeki (untuk mendapatkan momongan) belum dibuka. Sabar ya. Gak lama kok. Ditunggu aja. Nanti aku berikan air dan garam ya untuk digunakan sesuai dengan keperluannya masing-masing. Ini memang belum dikasih sama yang DiAtas, karena masa apesnya belum lewat 1 tahun. Meninggalnya april kan? Ditunggu ya, sampai 1 tahun nanti. Insyallah pintu rezeki semuanya dibuka. Kalau ada orang yang mengalami musibah, biasanya 1 tahun tersebut selalu merugi” 

Alhamdulillaah kami saat kami mendengar berita itu kami sempat merasa lega dan senang. Bahwa kami berdua memang tidak ada masalah apa-apa. Lalu kami pulang sambil pamit kepada kedua ibu-ibu tersebut. Insyallah segera diberi momongan lagi ya. Demikian pesan kedua ibu itu.

Dalam perjalanan, kami sempat membahas. Oia ya, perkataan Bu Sulis kami benarkan, selama beberapa bulan setelah Elysia meninggal kami selalu dilimpahi masalah. Mulai dari ditipu oleh rekan kerja bisnis kami senilai jutaan rupiah, kami juga ada masalah keluarga yang sangat-sangat berat, masalah bertubi-tubi datang tanpa pandang waktu. Hari-hari kami diwarnai dengan tangis dan meratapi kesedihan. Tapi aku bersyukur, aku punya suami yang sangat baik, sangat sabar, sehingga setiap hari menguatkan aku, untuk selalu berpikiran positif. Allah SWT tidak pernah meninggalkan umatNya. Allah selalu tahu yang terbaik untuk umatNya.

Seminggu kemudian, tanpa berpikir panjang, aku lakukan apa yang ibu-ibu kemarin sampaikan di ruang tunggu itu. Aku langsung mendatangi kedua orangtua kami. Aku menangis. Sujud syukur dan meminta maaf kepada mereka. Aku minta doa dari mereka, supaya diberi momongan secepatnya. Sejak saat itu kami tidak pernah putus asa untuk selalu berusaha dan tetap berpikiran positif.

Semoga kami dikaruniai anak kembali secepatnya :)

Terima kasih sudah mau membaca ceritaku sampai selesai.













no image
  • Title : Pengobatan Alternatif menjadi Salah Satu Pilihan
  • Posted by :
  • Date : 7:38 AM
  • Labels :
Newer Post
Previous
This is the last post.
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

2 comments:

  1. Semangat mbak....semog mba oline n mas eko segera diberikan momongan..aamiin...
    Percaya aja Gusti Allah ora sare :*


    Nangis bacanya *pelukkk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihii.. mak echaa baca aja :) jadi maluu :)
      Jangan nangis dong. Itu kan real story hehe...
      Amiiinn.. harus selalu berpikiran positif intinya ;)

      Delete

Top